PASRAMAN KILAT:  MEWUJUDKAN PROFIL PELAJAR PANCASILA MELALUI PENDALAMAN NILAI-NILAI AJARAN AGAMA HINDU

Preview Pesraman Kilat

Liburan sekolah adalah waktu yang dinanti oleh siswa, namun alangkah lebih bermanfaat bila diisi dengan kegiatan positif yang memperkaya pengetahuan spiritual dan membentuk karakter. Untuk itu, SMK Negeri 1 Susut mengadakan kegiatan Pasraman Kilat sebagai salah satu program pembinaan mental dan spiritual siswa selama liburan sekolah yang bertempat di Aula Mahasabha SMK Negeri 1 Susut.

Kegiatan ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman ajaran agama Hindu, meningkatkan kedisiplinan, serta menanamkan nilai sraddha bhakti (keyakinan dan pengabdian) kepada Tuhan, sesama, dan lingkungan. Dalam sambutannya, Kepala SMK Negeri 1 Susut, I Dewa Gede Putra Astika, S.Kom, menyampaikan bahwa Pasraman Kilat merupakan sarana yang tepat untuk membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara spiritual.

“Melalui kegiatan ini, kami berharap siswa dapat lebih disiplin, memahami nilai-nilai dharma, dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,” ujar beliau.

Sesi materi hari pertama diisi oleh Bapak I Nyoman Wandri, S.Ag., M.Ag., selaku Koordinator Pengawas. Beliau memberikan penguatan tentang pentingnya moderasi beragama dalam kehidupan masyarakat yang majemuk. Dalam materinya, beliau mengutip sloka dari Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular:

“Bhinneka Tunggal Ika, tan hana dharma mangrwa” (Berbeda-beda tetapi tetap satu, tidak ada kebenaran yang mendua).

Sloka ini menjadi pengingat bahwa meskipun hidup dalam keberagaman, semua umat seharusnya tetap menjunjung tinggi nilai persatuan dan toleransi antarumat beragama.

Kegiatan hari pertama ini mendapat respon positif dari para siswa. Salah satunya disampaikan oleh Ni Putu Sri Wahyuni, siswi kelas XI Perhotelan B, yang mengatakan: “Saya sangat senang bisa mengikuti Pasraman Kilat ini. Selain menambah pengetahuan tentang agama, saya juga merasa lebih tenang dan termotivasi untuk lebih disiplin dalam kehidupan sehari-hari.”

Memasuki hari kedua, kegiatan Pasraman Kilat semakin semarak dengan praktik spiritual dan pembelajaran aplikatif. Hari kedua diisi dengan dua kegiatan utama, yaitu yoga spiritual dan praktik pembuatan sarana upakara (persembahan suci dalam ajaran Hindu).

Sesi Yoga dipandu oleh Bapak I Wayan Sampun, S.Ag., M.Pd., dalam sesinya, beliau mengajarkan teknik pernapasan dan gerakan dasar yoga yang bertujuan untuk menyelaraskan tubuh, pikiran, dan jiwa.

“Yoga bukan hanya aktivitas fisik, tetapi juga latihan pengendalian diri dan penguatan batin. Ini sangat penting bagi generasi muda untuk menjaga keseimbangan emosi dan konsentrasi dalam belajar maupun berinteraksi sosial,” ujar beliau kepada para peserta.

Setelah sesi Yoga, kegiatan dilanjutkan dengan praktik pembuatan sarana upakara yang dipandu oleh Ibu Ni Nyoman Trisnayani, S.Ag.. Para siswa dibagi ke dalam kelompok berdasarkan jenis sarana yang dibuat.

Siswa perempuan fokus pada pembuatan canang sari, dan pejati, sementara siswa laki-laki mendapatkan pengalaman unik dan bermakna dengan membuat sate caru, yaitu salah satu komponen penting dalam banten caru sebagai bentuk persembahan dalam upacara penyucian atau ruwatan.

Dalam praktik ini, siswa diajarkan mulai dari memilih bahan, teknik memotong daging, hingga merangkai tusukan sate sesuai dengan pakem tradisional. Kegiatan ini tidak hanya melatih keterampilan, tetapi juga menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerjasama, dan penghormatan terhadap nilai-nilai adat dan spiritual.

Melalui kegiatan ini, siswa mendapatkan pemahaman yang utuh mengenai filosofi upakara serta pentingnya keterlibatan generasi muda dalam melestarikan budaya dan ajaran agama Hindu. Melalui praktik ini, siswa tidak hanya belajar keterampilan membuat upakara, tetapi juga memahami makna spiritual dan nilai simbolik dibalik setiap unsur persembahan.

Hari kedua Pasraman Kilat memberikan pengalaman bermakna yang memperkuat identitas spiritual dan karakter siswa sebagai Profil Pelajar Pancasila: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Hari kedua ini memberikan pengalaman bermakna bagi para peserta. Banyak dari mereka merasa lebih dekat dengan nilai-nilai keagamaan dan lebih memahami pentingnya.

Setelah dua hari penuh dengan pembelajaran spiritual, praktik keagamaan, dan pembentukan karakter, kegiatan Pasraman Kilat SMKN 1 Susut resmi ditutup pada Selasa, 24 Juni 2025. Kegiatan penutupan berlangsung di aula sekolah yang ditutup oleh Bapak I Wayan Wedana Yasa, ST., MT selaku Wakasek Kesiswaan.

“Kami bangga melihat semangat kalian semua. Kegiatan ini bukan hanya untuk diketahui, tetapi harus menjadi kebiasaan dalam hidup sehari-hari sebagai wujud nyata pelajar Pancasila yang beriman dan berakhlak mulia. Bawalah nilai dharma, kedisiplinan, dan toleransi ke dalam kehidupan nyata. Jadikan pelajaran ini sebagai fondasi untuk masa depan yang lebih baik,” pesan beliau dengan penuh harapan.

Dengan berakhirnya Pasraman Kilat ini, diharapkan para siswa SMK Negeri 1 Susut membawa pulang tidak hanya pengalaman, tetapi juga transformasi diri menuju pribadi yang lebih baik selaras dengan semangat Pelajar Pancasila yang tangguh secara spiritual, cerdas secara intelektual, dan bijak dalam bertindak.