
Dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan, khususnya ekosistem Danau Batur yang menjadi salah satu ikon kebanggaan masyarakat Kabupaten Bangli, SMK Negeri 1 Susut turut serta dalam aksi pembuatan Eco Enzyme secara serentak oleh seluruh warga sekolah pada Sabtu, 4 Maret 2023. Kegiatan ini menjadi bagian dari kontribusi nyata satuan pendidikan dalam pelestarian lingkungan hidup yang berkelanjutan, sejalan dengan nilai-nilai pendidikan karakter dan peduli lingkungan yang terus digalakkan.
Eco Enzyme merupakan cairan hasil fermentasi dari limbah organik seperti sisa buah dan sayur yang dicampur dengan gula dan air. Proses ini memakan waktu sekitar tiga bulan dan menghasilkan cairan berwarna cokelat keemasan yang memiliki berbagai manfaat ekologis, seperti meningkatkan kualitas air, mengurangi pencemaran, serta dapat digunakan sebagai pupuk cair dan pembersih alami. Dalam konteks pelestarian Danau Batur, cairan ini akan dituangkan ke perairan danau untuk membantu menstabilkan kualitas air dan menekan pertumbuhan bakteri merugikan.
Kegiatan diawali dengan literasi tentang proses pembuatan Eco Enzyme, yang diberikan oleh guru pembimbing serta tim dari organisasi lingkungan Sai Green, sebagai mitra pengawasan mutu dalam kegiatan ini. Para siswa dan guru kemudian melanjutkan dengan proses persiapan: mencuci buah dan sayuran, memotong bahan organik menjadi bagian kecil, serta mencampurnya dengan air dan gula sesuai takaran dalam wadah tertutup. Setiap kelas bertanggung jawab atas satu atau dua botol fermentasi, yang akan dipantau secara rutin selama masa inkubasi.
Kepala SMK Negeri 1 Susut, Ni Made Ciri Rimbawati, S.Pd., menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk konkret pendidikan lingkungan berbasis aksi dan kolaborasi. Menurutnya, sekolah tidak hanya menjadi tempat untuk mentransfer pengetahuan, tetapi juga sebagai ruang pembentukan karakter siswa agar peduli terhadap lingkungan sekitar.
“Melalui pembuatan Eco Enzyme, kita tidak hanya mengajarkan siswa bagaimana cara mengolah limbah organik, tetapi juga menanamkan kepedulian terhadap lingkungan, khususnya Danau Batur yang merupakan warisan alam dan sumber kehidupan bagi masyarakat Bangli. Edukasi ini akan lebih bermakna jika disertai aksi nyata,” ujar beliau dalam arahannya.
Kegiatan ini juga mendapat dukungan dan perhatian dari berbagai pihak, termasuk perwakilan Pemerintah Kabupaten Bangli, Pemerintah Provinsi Bali, serta organisasi lingkungan Sai Green yang turut hadir dalam kegiatan dan memberikan asistensi teknis. Sinergi ini menjadi bukti nyata bahwa pelestarian lingkungan bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau aktivis lingkungan, tetapi juga bisa dimulai dari lembaga pendidikan.
Menurut perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bangli yang hadir saat kegiatan, inisiatif seperti ini sangat penting untuk membangun kesadaran kolektif, terutama di kalangan generasi muda, terhadap pentingnya menjaga kelestarian dan kualitas air Danau Batur. Danau ini merupakan salah satu kawasan konservasi penting dan juga menjadi penyangga utama kehidupan masyarakat di sekitar Kintamani.
Tak hanya sebagai kegiatan pembelajaran lingkungan, pembuatan Eco Enzyme ini juga diintegrasikan ke dalam kurikulum dan proyek penguatan profil pelajar Pancasila. Dengan begitu, para siswa diajak untuk memahami bahwa keterampilan hidup dan sikap bertanggung jawab terhadap alam merupakan bagian dari karakter unggul yang harus dimiliki lulusan SMK.
Salah satu siswa kelas XI, Anak Agung Ayu Saraswati, menyampaikan rasa senangnya bisa ikut serta dalam kegiatan tersebut. Ia mengaku baru pertama kali mengetahui manfaat besar dari sisa buah dan sayur jika diolah dengan benar.
“Saya jadi tahu bahwa limbah dapur bisa punya manfaat besar untuk lingkungan, dan itu bisa kita buat sendiri. Saya bangga bisa ikut jaga Danau Batur meskipun masih pelajar,” ujarnya.
Dengan kegiatan ini, SMK Negeri 1 Susut berharap dapat menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain di Bali untuk memulai gerakan serupa. Pengolahan sampah berbasis sumber, edukasi lingkungan, serta kolaborasi lintas sektor menjadi kunci utama dalam membentuk ekosistem sekolah yang berkelanjutan. Dan yang terpenting, siswa tidak hanya belajar di ruang kelas, tetapi juga belajar melalui aksi yang berdampak langsung terhadap alam dan masyarakat.